Mecaru -Butha Yadnya- Menanamkan Nilai-Nilai Luhur
Upacara Mecaru bisa juga disebut Butha Yadnya, ini adalah suatu upacara untuk menjaga mengharmoniskan hubungan antara manusia dengan alam lingkungan sekitarnya, sementara caru sendiri arti nya cantik atau harmonis (kitab Samhita Swara). Mecaru ini dilaksanakan Sehari sebelum hari raya Nyepi, tepat pada bulan mati (tilem).
Satu hari sebelum Hari Raya Nyepi yaitu pada waktu sasih kesanga umat Hindu Bali melaksanakan upacara Butha Yadnya yang diadakan di perempatan jalan dan lingkungan rumah masing-masing, pada upacara ini dibuatkan Caru/persembahan menurut kemampuan dari yang melaksanakannya. Pecaruan sendiri merupakan penyucian/pemarisudha Bhuta Kala dan segala kotoran yang ada dan berharap semoga sirna semuanya dan menjadi suci kembali.
Untuk pelaksanaan upacara ini dilakukan dirumah masing masing, caru/persembahan berisikan atau terdiri dari; nasi manca warna (lima warna), lauk pauknya ayam brumbun (berwarna-warni) disertai tetabuhan arak/tuak. Permohonan ini ditujukan kepada Sang Bhuta Raja, Bhuta Kala dan Bhatara Kala agar supaya mereka tidak mengganggu umat manusia.
Sedangkan Butha Yadnya pada hakekatnya merawat lima unsur alam yang disebut panca maha butha (tanah, air, api, udara dan ether).
Kalau kelima unsur alam itu berfungsi secara alami maka dari kelima
unsur itulah lahir tumbuh-tumbuhan. Seperti kita ketahui bahwa
tumbuh-tumbuhanlah sebagai bahan dasar makanan hewan dan manusia. Kalau
keharmonisan kelima unsur alam itu terganggu maka fungsinya pun juga
akan terganggu.
Upacara mecaru ini berfungsi untuk menanamkan nilai-nilai
luhur dan spiritual kepada umat manusia agar selalu menjaga keharmonisan
alam, lingkungan beserta isinya (wawasan semesta alam).
Sementara makna upacara mecaru sendiri adalah kewajiban manusia merawat
alam yang diumpamakan badan raga Tuhan dalam perwujudan alam semesta
beserta isinya.
Begitu banyaknya Tuhan Yang Maha Esa memberikan kemudahan bagi umat manusia agar dipergunakan sebagai mana mesti, namun dari semua itu juga Hyang Widhi (Tuhan Yang Maha Esa) menitipkan alam beserta ini agar tidak dirusak dan selalu di jaga untuk kelangsungan kehidupan manusia.
Dari pemaparan diatas mengandung arti atau makna yang yang tidak
ternilai harganya tentang keberadaan alam semesta dan masa/kala/waktu.
Jika kita merusak alam semesta beserta isinya saat ini pada waktu/masa
atau kala nya nanti kita juga akan dibinasakan oleh alam semesta lewat
musibah/bencana yang tidak ada habisnya.
No comments:
Post a Comment